ShoutMix chat widget

Jumat, 29 April 2011

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله رب العالمين والعاقبة للمتقين والصلاة والسلام على عبده ورسوله محمد وعلى اله وصحبه أجمعين


       Segala puji bagi Allah,Tuhan  alam semesta.Dan kesudahan yang baik itu adalah milik orang-orang yang bertaqwa.Semoga shalawat dan salam sejahtera tetap terlimpah kepada Nabi Muhammad,hamba Allah dan Rasul-Nya,juga kepada keluarga dan para sahabat beliau semuanya.
        Inilah ikhtisar Manasik Haji:Penjelasan tentang keutamaan dan adab-adabnya serta hal-hal yang seyogianya diperhatikan oleh orang-orang yang berminat beribadah Haji,Umrah dan Ziarah ke Masjid Nabawi dan lainnya secara ringkas dan dengan ulasan seperlunya,seraya  menitik-beratkan pada hal-hal yang di dukung oleh Al-Qur'an dan Sunnah,sebagai upaya berbuat yang berarti dan tulus untuk saudara-saudara kami umat islam,dan sebagai pengamalan firman Allah:

ودكر فإن الدكري تنفع المؤ منين
       Dan berilah peringatan,karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.(Adz-Dzariyat:55)

dan firman Allah :
 وإد أخد الله ميثاق الذين أوتوا لكتاب
لتبيننه للناس ولا تكتمونه
       Dan (ingatlah),ketika Allah mengambil janji dari orang-orang yang telah di beri kitab (yaitu):
       "Hendaklah kamu menerangkan isi Kitab itu kepada manusia, dan janganlah kamu menyembunyikannya. "(Ali Imran:187)

juga firman Allah :
وتعاو نوا على البر والتقوى
       Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa. (Al-Maidah:2)

Di dalam Hadits Shahih :
عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال :((الدين النصيحة)) ثلاثا،
قيل : لمن يا رسول الله.
قال : ((لله،ولكتابه،ولرسوله،ولأئمة اللمسلمين وعا متهم))ا
      Dari Nabi s.a.w,bahwasanya beliau bersabda:
Agama itu adalah nasihat (ketulusan tindak) Beliau ucapkan tiga kali,
Beliau di tanya: Untuk siapa,Wahai Rasulullah?
Beliau menjawab: Untuk  Allah, untuk Kitab-Nya, untuk Rasul-Nya,dan untuk para pemimpin umat Islam serta umat  Islam secara umum.

Di dalam hadits lain dari Hudzaifah :
وروى  حديفة رضي الله عنه أن النبي صلى الله عليه  وسلم
قال: ((من لم يهتم بأمر المسلمين فليس منهم ومن لم يمس ويصبح نا صحا لله ولكتابه ولرسوله ولأ ئمهة المسلمين وعا متهم فليس منهم)) رواه الطبر اني
     Diriwayatkan dari Hudzaifah  - radhiyallahu'anhu-bahwa Nabi-shalallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barang siapa tidak memberikan perhatian kepada urusan umat islam maka ia bukanlah termasuk golongan mereka,dan barang siapa, baik sore maupun pagi harinya,tidak melakukan nasehat(tindak tulus) untuk Allah, untuk kitab-Nya, untuk Rasul-Nya dan untuk para pemimpin umat islam serta untuk umat islam pada umumnya, maka ia bukanlah termasuk golongan mereka. "(Hadits riwayat al-Thabarani)

     Hanya kepada  Allah kita panjatkan permohonan.
Kiranya Dia menjadikan postingan buku ini bermanfaat untuk Penulisnya dan untuk umat islam, dan kiranya ini,semata-mata tulus untuk Wajah Allah Yang Mulia,serta menjadikannya sebagai sebab untuk meraih kebahagiaan di sisi-Nya, di dalam surga yang penuh kenikmatan. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan do'a hambanya. Dia-lah yang mencukupi kita dan Dia-lah sebaik-baik Dzat yang kepada-Nya kita titipkan diri kita.
Read more >>

SEKAPUR SIRIH

Segala puji bagi Allah Semata. Shalawat dan salam sejahtera semoga senantiasa terlimpah kepada Nabi Muhammdad,Nabi terakhir,yang tiada lagi nabi setelahnya.
   Setelah bertahmid dan bershalawat dengan rendah hati penulis menyatakan bahwa pelajaran manasik  ringkas yang menjelaskan dan menelaah sejumlah masalah Haji,Umrah dan Ziarah ke Masjid Nabawi dan lainnya menurut  Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya s.a.w. yang penulis himpun untuk pribadi penulis dan untuk umat islam.
    Penulis telah berupaya ,semaksimal mungkin,memaparkan sejumlah masalah Manasik berdasarkan dalil-dalil.
    Postingan dari Buku ini telah diterbitkan pertama kali pada tahun 1363 H atas dana dari Paduka Yang Mulia Raja Abdul  Aziz bin Abdur Rahman al-Faishal,semoga Allah menyucikan ruhnya dan memuliakan tempat-nya di alam baka.
    Kemudian penulis memperluas sedikit pembahasannya dengan membubuhkan hasil telaah ilmiah yang perlu,yang akhirnya menurut penulis,buku ini perlu di cetak ulang agar di manfaatkan orang banyak.
    Penulis beri judul buku ini dengan:AT-TAHQIQ WA-L-IDHAH LI KATSIR MIN MASA'ILI-HAJJ-WA-L'UMRAH WA-Z-ZIARAH ' ALA DHAU'I-L-KITAB WA-SUNNAH (HAJI  'UMRAH dan ZIARAH; Menurut Kitab dan Sunnah).
   Juga penulis sisipkan di Postingan buku ini beberapa tambahan dan penjelasan penting dan berguna untuk melengkapi kegunaan buku ini,yang hingga kini sudah berulang kali  dicetak.
   Dia-lah Semata yang mencukupi dan mengayomi kita,dan Dia-lah sebaik-baik Dzat yang hanya kepada-Nya kita titipkan diri kita.Tiada daya untuk menghindari maksiat dan tidak ada kekuatan untuk melakukan kataatan,kecuali dengan taufiq dan ma'unah Allah Yang Maha Luhur lagi Maha Agung.
Penulis,
Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz Mufti Besar Kerajaan Saudi Arabia
 
Read more >>

Minggu, 17 April 2011

Yang Tua Dihormati, Yang Kecil Disayangi (Akhlak edisi 55)

Tiada tatanan kehidupan yang lebih indah dari yang dibawa oleh syariat Islam. Konsep menuju kehidupan yang tenteram dan damai baik sebagai individu maupun kelompok telah dipaparkan dengan gamblangnya dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah n. Di antara konsep tersebut adalah keharusan menjalin kasih sayang kepada sesama muslim tanpa memandang usia, asal-usul serta status sosial. Eratnya tali cinta kasih ini juga tidak terbatas ketika mereka sama-sama masih hidup, bahkan telah mati sekalipun. Allah l telah mengabadikan doa orang-orang yang beriman yang datang setelah kaum Muhajirin dan Anshar dalam Al-Qur’an:
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: ‘Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Rabb kami, sesungguhnya Engkau Maha penyantun lagi Maha penyayang’.” (Al-Hasyr: 10)
Ucapan selamat dan doa kebaikan selalu muncul dari mulut mereka yang manis terhadap saudara-saudaranya. Coba kita lihat bagaimana bimbingan Nabi kita saat kita berziarah kubur. Nabi n membimbing mengucapkan doa:
السَّلَامُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللهُ لَلَاحِقُونَ أَسْأَلُ اللهَ لَنَا وَلَكُمُ الْعَافِيَةَ
“Semoga kesejahteraan dilimpahkan atas kalian wahai penghuni kubur dari kaum mukminin dan muslimin. Sesungguhnya kami (juga) akan menyusul (kalian) insya Allah. Aku memohon keselamatan untuk kami dan kalian kepada Allah.” (HR. Muslim, kitab Al-Janaiz no. 975)
Bahkan setiap tasyahud dalam shalat, kita membaca:
السَّلَامُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللهِ الصَّالِحِينَ
“Semoga kesejahteraan dilimpahkan kepada kita dan hamba-hamba Allah yang shalih.”
Inilah bentuk kecintaan yang bersumber dari hati-hati yang dalam. Kaum muslimin akan selalu kuat dan berwibawa manakala tali agama ini dipegang erat-erat. Dengannya, musuh-musuh agama ditimpa perasaan takut dan tidak bisa melihat umat ini dengan pandangan remeh.
Berikut akan kami uraikan dua permasalahan penting demi tercapainya suasana keakraban yang membuahkan kasih sayang di antara kaum muslimin.

Pertama: memuliakan orang yang lebih tua.
Menghormati orang yang tua bukan hanya budaya, namun bagian dari akhlak mulia dan terpuji yang diseru oleh Islam. Hal ini dilakukan dengan cara memuliakannya dan memerhatikan hak-haknya. Terlebih, bila disamping tua umurnya, juga lemah fisik, mental, dan status sosialnya. Nabi n bersabda:
مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيْرَنَا وَيَعْرِفْ حَقَّ كَبِيرَنَا فَلَيْسَ مِنَّا
“Barangsiapa tidak menyayangi anak kecil kami dan tidak mengenal hak orang tua kami maka bukan termasuk golongan kami.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adab, lihat Shahih Al-Adab Al-Mufrad no. 271)
Hadits ini merupakan ancaman bagi orang yang menyia-nyiakan dan meremehkan hak orang yang sudah tua, di mana orang tersebut tidak di atas petunjuk Nabi n dan tidak menepati jalannya.
Menghormati mereka termasuk mengagungkan Allah l sebagaimana sabda Nabi n:
إِنَّ مِنْ إِجْلَالِ اللهِ إِكْرَامَ ذِي الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ وَحَامِلِ الْقُرْآنِ غَيْرَ الْغَالِي فِيْهِ وَالْجَافِي عَنْهُ وَإِكْرَامَ ذِي السُّلْطَانِ الْمُقْسِطِ
“Sesungguhnya termasuk mengagungkan Allah adalah menghormati seorang muslim yang beruban (sudah tua), pembawa Al-Qur’an yang tidak berlebih-lebihan padanya (dengan melampaui batas) dan tidak menjauh (dari mengamalkan) Al-Qur’an tersebut, serta memuliakan penguasa yang adil.” (HR. Abu Dawud dan dihasankan oleh Asy-Syaikh Al-Albani t dalam Shahih At-Tarhib no. 92)
Orang tua tentunya telah melewati berbagai macam tahapan hidup di dunia ini sehingga setumpuk pengalaman dimilikinya. Orang yang telah mencapai kondisi ini biasanya ketika hendak melakukan sesuatu telah dipikirkan matang-matang. Terlebih lagi, disamping banyak pengalamannya, juga mendalam ilmu dan ibadahnya. Ini berbeda dengan kebanyakan anak muda yang umumnya masih minim ilmunya, dangkal pengalamannya, dan sering memperturutkan hawa nafsunya. Rasulullah n bersabda:
الْبَرَكَةُ مَعَ أَكَابِرِكُمْ
“Barakah itu bersama orang-orang tua dari kalian.” (HR. Ibnu Hibban, Al-Hakim, dll, lihat Shahihul Jami’ no. 2884)
Mungkin kita bisa mengambil pelajaran dari fitnah Khawarij (kelompok sesat) di masa sahabat Ali z. Semangat mereka dalam mengamalkan agama tidak diimbangi dengan mengikuti pemahaman para sahabat Nabi n. Para Khawarij yang umumnya dari kalangan muda terkadang berdalilkan dengan dalil-dalil syariat, sesuatu yang sebenarnya bukan dalil bagi mereka. Para sahabat yang mengetahui sebab turunnya ayat dan sebab periwayatan hadits tentunya lebih tahu maksudnya dari mereka. Nabi n menjelaskan di antara ciri-ciri Khawarij yang akan muncul adalah:
سَيَخْرُجُ قَوْمٌ فِي آَخِرِ الزَّمَانِ أَحْدَاثُ الْأَسْنَانِ سُفَهَاءُ الْأَحْلَامِ
“Akan muncul di akhir zaman suatu kaum yang muda umurnya (para pemuda) yang bodoh akalnya.” (HR. Al-Bukhari no. 6930)
An-Nawawi t menerangkan: “Diambil faedah dari hadits ini bahwa kekokohan dan kuatnya pandangan hati adalah ketika seorang telah sempurna umurnya, banyak pengalamannya, dan kuat pemahamannya.”(Fathul Bari 12/287)

Mendahulukan orang yang lebih tua
Ada beberapa keadaan yang disyariatkan untuk mengutamakan orang yang lebih tua, di antaranya:
1. Dalam mengimami shalat.
Nabi n bersabda dalam hadits Malik bin Al-Huwairits z:
إِذَا حَضَرَتِ الصَّلَاةُ لِيُؤَذِّنْ لَكُمْ أَحَدُكُمْ وَلْيَؤُمُّكُمْ أَكْبَرُكُمْ
“Bila waktu shalat telah tiba maka hendaklah salah seorang kalian mengumandangkan adzan dan orang yang paling tua mengimami shalat kalian.” (HR. Al-Bukhari no. 628)
Disebutkan dalam hadits lain, bahwa Nabi n bersabda (yang) artinya:
“Yang mengimami manusia adalah orang yang pandai membaca (memahami) Al-Qur’an. Bila dari sisi bacaan Al-Qur’an mereka sama maka yang paling tahu tentang sunnah. Bila pengetahuan mereka tentang sunnah sama maka yang paling dahulu berhijrah. Bila dalam hijrah mereka sama maka yang paling tua umurnya.” (HR. Muslim)
2. Dalam berbicara dan memberikan keterangan, kecuali yang kecil lebih tahu dan lebih mampu berbicara.
Disebutkan oleh Sahl bin Abi Hatsmah bahwa Abdullah bin Sahl dan Muhayyishah bertolak pergi menuju Khaibar yang pada saat itu ada ikatan perdamaian. Sesampainya di sana keduanya berada di tempat yang berbeda. Setelah itu Muhayyishah datang (menemui temannya), Abdullah bin Sahl, dan ternyata didapati dalam keadaan bersimbah darah, terbunuh. Muhayyishah lalu mengubur temannya kemudian pulang ke Madinah. Setelah itu Abdurrahman bin Sahl (saudara Abdullah yang terbunuh tersebut), Muhayyishah, dan Huwayyishah putra Mas’ud datang menghadap Nabi n. Abdurrahman yang waktu itu adalah orang paling kecil yang menghadap Nabi n ingin berbicara, maka Nabi n mengatakan: “Hendaknya yang paling tua yang berbicara.” Maka kedua temannya yang berbicara dan Abdurrahman diam.” (HR. Al-Bukhari no. 3173)
Perhatikanlah. Meski seorang dalam keadaan tertimpa musibah namun seorang tetap menjaga adab-adab agamanya.
3. Dalam pemberian.
Sebagaimana hadits yang diceritakan oleh Ibnu ‘Umar c bahwa ia melihat Rasulullah n bersiwak (membersihkan gigi dan lisan dengan batang siwak), lalu beliau memberikan siwak tadi kepada orang yang paling tua. Nabi n mengatakan:
إِنَّ جِبْرِيلَ أَمَرَنِي أَنْ أُكَبِّرَ
“Sesungguhnya Jibril memerintahkan aku untuk memberikan kepada yang paling tua.” (lihat Ash-Shahihah no. 1555, dan hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad)
Ibnu Baththal t mengatakan: “Dalam hadits ini ada faedah yaitu mengutamakan orang yang sudah berusia lanjut dalam pemberian siwak. Masuk pula dalam hal ini mendahulukan dalam hal diberi makanan dan minuman, berjalan dan berbicara. Al-Muhallab berkata: ‘Hal ini dilakukan apabila manusia tidak duduk dengan berurutan, bila mereka duduk berurutan maka yang sunnah ketika itu mendahulukan yang kanan’.” (Ash-Shahihah vol. IV/76)
Sahabat Anas bin Malik z menyebutkan bahwa Rasulullah n diberi susu yang dicampur dengan air. Di sebelah kanan Nabi n ada seorang badui sedangkan di sebelah kirinya ada Abu Bakr z. Nabi meminum susu tadi lalu memberikannya kepada badui itu. Nabi n mengatakan:
الْأَيْمَنَ فَالْأَيْمَنَ
“(Dahulukan) yang kanan lalu yang kanan.” (HR. Al-Bukhari no. 5619)
Demikian besarnya hak-hak orang yang sudah tua dan penghormatan kepada mereka sangat ditekankan bila dia itu adalah orangtuanya, kakeknya, pamannya, kerabat atau tetangganya. Karena mereka memiliki hak yang besar sebagai karib kerabat dan tetangga. Orang yang menghormati/memuliakan mereka maka dia akan dihormati saat tuanya. Balasan setimpal dengan perbuatan. Seperti apa kamu berbuat, maka seperti itu pula kamu dibalas.
Disebutkan dari Yahya bin Sa’id Al-Madani, ia berkata, “Telah sampai berita kepada kami bahwa siapa saja yang menghinakan orang yang sudah tua maka ia tidak akan mati sampai Allah l mengutus seorang yang menghinakannya di saat dia telah tua.” (lihat Al-Fawaid Al-Mantsurah hal. 84 karya Dr. Abdurrazzaq Al-Badr)

Orang yang sudah beruban
Termasuk tanda-tanda orang yang telah menginjak usia lanjut adalah uban yang menghiasi kepalanya, kekuatan fisik yang mengendur, pandangan dan penglihatan yang mulai berkurang ketajamannya. Seorang muslim yang telah mencapai kondisi seperti ini tentunya telah melewati masa-masa yang panjang dalam melaksanakan ketaatan kepada Allah l. Berbagai manis dan getirnya kehidupan telah dilakoninya. Dia pun merasa ajal telah dekat sehingga pendekatan diri kepada Allah l semakin bertambah. Orang yang panjang umurnya dan baik amalannya adalah sebaik-baik orang, sebagaimana sabda Nabi n:
خَيْرُ النَّاسِ مَنْ طَالَ عُمْرُهُ وَحَسُنَ عَمَلُهُ
“Sebaik-baik orang ialah yang panjang umurnya dan baik amalannya.” (HR. At-Tirmidzi dan dia menghasankannya)
Orang yang beruban rambutnya karena menjalankan ketaatan kepada Allah l, dia memiliki keutamaan. Nabi n bersabda:
مَنْ شَابَ شَيْبَةً فِي الْإِسْلَامِ كَانَتْ لَهُ نُوْرًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Barangsiapa beruban dengan suatu uban di dalam Islam maka uban itu akan menjadi cahaya baginya di hari kiamat.” (HR. At-Tirmidzi dan An-Nasa’i. Dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam kitab Shahihul Jami’ no. 6307)
Maksudnya, uban tersebut akan menjadi cahaya, sehingga pemiliknya menjadikannya sebagai penunjuk jalan. Cahaya itu akan berjalan di hadapannya di kegelapan padang mahsyar, sampai Allah l memasukkannya ke dalam jannah (surga). Uban, meski bukan rekayasa hamba, namun bila muncul karena suatu sebab, seperti jihad atau takut kepada Allah l, maka ditempatkan pada usaha (amalan) hamba. Oleh karena itu, dimakruhkan –bahkan tidak keliru bila dikatakan haram– mencabut uban yang ada di jenggot atau semisalnya. (lihat Faidhul Qadir karya Al-Munawi, 6/202)
Tentang larangan mencabut uban, telah diriwayatkan bahwa Nabi n bersabda:
لَا تَنْتَفُوا الشَّيْبَ فَإِنَّهُ نُورُ الْمُسْلِمِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Janganlah kalian mencabut uban, karena ia merupakan cahaya seorang muslim di hari kiamat.” (HR. Abu Dawud, dll. Al-Imam An-Nawawi t dalam Riyadush Shalihin menghasankannya)

Kedua: menyayangi anak kecil
Bila orang yang telah lanjut usia mendapatkan hak penghormatan dan pemuliaan, demikian pula dengan anak yang masih kecil, dia berhak mendapat kasih sayang yang penuh. Anak kecil yang belum baligh secara umum masih lemah fisik dan mentalnya, serta belum mengetahui persis tentang kemaslahatan untuk dirinya. Kondisi yang seperti ini tentunya menggugah kita untuk memberikan kasih sayang kepadanya, karena beban syariat juga belum ditujukan kepadanya dan pena pencatat dosa pun belum berlaku atasnya. Oleh karenanya, menyayangi anak kecil merupakan keharusan. Nabi n bersabda:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا
“Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi anak kecil kami.” (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidzi. Al-Imam An-Nawawi t menshahihkannya dalam Riyadhush Shalihin)
Bila sifat belas kasihan dicabut dari seseorang maka hal itu menjadi pertanda kecelakaan baginya. Nabi n bersabda:
لاَ تُنْزَعُ الرَّحْمَةُ إِلاَّ مِنْ شَقِيٍّ
“Tidaklah sifat kasih sayang dicabut melainkan dari orang yang celaka.” (HR. Ahmad dll. Dalam Shahihul Jami’ no. 7467, Asy-Syaikh Al-Albani t menshahihkannya)
Pernah pada suatu saat Nabi n mencium Hasan bin Ali c, cucunya. Waktu itu, di sisi Nabi ada seorang bernama Al-Aqra’ bin Habis At-Tamimi sedang duduk. Maka Al-Aqra’ mengatakan: “Sesungguhnya saya memiliki sepuluh anak, tidak pernah satu pun yang saya cium.” Maka Rasulullah n melihat kepadanya dan mengatakan:
مَنْ لَا يَرْحَمْ لَا يُرْحَمْ
“Orang yang tidak menyayangi maka tidak disayangi (Allah l).” (HR. Al-Bukhari no. 5997)
Lihatlah, betapa meruginya yang tidak mendapat rahmat Allah l padahal rahmat-Nya sangat luas. Sungguh balasan kebaikan adalah kebaikan, sebagaimana firman Allah l:
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” (Ar-Rahman: 60)
Tentunya, menyayangi anak kecil tidak hanya terbatas pada anaknya sendiri bahkan umum sifatnya. Bentuk menyayangi anak kecil juga banyak. Misalnya, dengan mencandainya tanpa ada kedustaan untuk memasukkan kegembiraan pada dirinya, menciumnya, menggendongnya, mengusap kepalanya, menyapa dan menyalaminya, serta mengucapkan salam kepadanya.
Pada suatu saat Anas bin Malik z melewati anak-anak kecil lalu ia mengucapkan salam kepada mereka. Anas z berkata: “Dahulu Rasulullah n melakukan demikian.” (Muttafaqun ‘alaihi)
Termasuk menyayangi anak kecil adalah tidak mengarahkan mereka kepada hal-hal yang membahayakannya.
Demikianlah bimbingan Islam yang sangat mulia. Umat hendaknya membuka mata agar melihat dengan nyata indahnya agama yang mereka anut ini. Perlu dipertegas kembali bahwa bimbingan Islam selalu relevan, tidak akan pernah usang dengan perubahan waktu dan zaman. Kita tidak akan terlalu bahagia dengan pesatnya teknologi dan menjamurnya penemuan (inovasi) baru, bila mental umat tidak dibangun, sehingga akidahnya rapuh dan akhlaknya karut-marut. Lihat saja, ketika kecanggihan teknologi telah merambah berbagai lapisan masyarakat yang semestinya dimanfaatkan sebagai sarana kebaikan, namun ternyata tidak sedikit dijadikan alat dan media untuk saling mencaci, memfitnah, membenci, dan menzalimi.
Mari kita semua kembali kepada bimbingan agama kita dan bangkit dari kelalaian kita. Semoga kewibawaan umat yang diharapkan tidak hanya angan-angan belaka. Wallahu a’lam.

(ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Muhammad Abdulmu'thi, Lc)

Sumber : AsySyariah
Read more >>

Sabtu, 16 April 2011

Indonesia Gandeng Barcelona

Barcelona FC siap menjajaki berbagai kerja sama di bidang sepak bola dengan Indonesia, termasuk untuk melakukan pertandingan persahabatan dengan timnas dan pembukaan sekolah sepak bola di Indonesia.Hal tersebut disampaikan Presiden klub Barcelona FC, Sandro Rosell, dalam pertemuannya dengan Duta Besar RI Adiyatwidi Adiwoso, di Camp Nou, Barcelona. Demikian Sekretaris Tiga KBRI Madrid, Krisnawati Desi Purnawestri, kepada Antara London, Sabtu (16/4/2011).
Selain pertandingan persahabatan dan pembukaan sekolah sepak bola, dijajaki pula pelaksanaan training of trainers bagi para pelatih sepak bola Indonesia. Diharapkan, nantinya akan tercetak para pemain muda sepak bola Indonesia yang berkualitas untuk dapat membawa nama Indonesia di kancah persepakbolaan internasional.
Pertemuan tersebut dilangsungkan dalam upaya KBRI Madrid untuk mempererat hubungan antara Indonesia dan Spanyol, di mana sepak bola dipandang sebagai salah satu media yang paling tepat, mengingat kecintaan masyarakat dua negara tersebut akan sepak bola.
Duta besar dalam pertemuan tersebut menyebutkan, dengan banyaknya penggemar klub Barcelona di Indonesia, kedatangan tim Barcelona FC untuk melakukan pertandingan persahabatan akan sangat dinantikan oleh para suporter setia klub nomor satu Spanyol ini.
KBRI Madrid berkomitmen dalam mendorong kerja sama olahraga Indonesia dengan Spanyol, khususnya untuk saat ini dalam cabang sepak bola. Hal ini terbukti dengan berbagai upaya yang telah dilakukan, di antaranya dengan pertemuan-pertemuan yang telah dilakukan baru-baru ini antara duta besar dan klub ternama Spanyol lainnya, Real Madrid.
Jika kerja sama ini dapat segera terwujud, maka tidak lama lagi publik Indonesia akan dapat menikmati pertandingan-pertandingan cantik berkelas dunia melalui permainan yang disuguhkan oleh para pemain Spanyol dalam kunjungannya ke Indonesia.
Sumber :Kompas
Read more >>
Selamat Datang Di Blok-ku