ShoutMix chat widget

Minggu, 22 Mei 2011

MIQAT MAKANI DAN KETENTUANNYA

Miqat makani ada lima:
  1. Dzul  Hulaifah, miqat  ini sekarang di sebut orang dengan nama: Abyar  'Ali (bi'ir Ali), yaitu untuk  penduduk Madinah.
  2. Al-Juhfah, yaitu miqat  penduduk Syam (Syria dan sekitarnya). Al-Juhfah ini terletak di padang yang tak berpenghuni, di dekat  Rabigh. Berihram  dari Rabigh dapat di hukumi berihram dari miqat, karena  letak Rabigh  berada sebelum al-juhfah (bagi pendatang dari arah Syam).
  3. Qarnul Manazil,  yaitu miqat penduduk Nejed,daerah ini kini disebut nama as-Sail.
  4. Yalamlam, yaitu  miqat bagi penduduk Yaman.
  5. Dzatu 'Irq, yaitu miqat bagi penduduk Iraq.
          Kelima miqat ini telah ditentukan oleh Rasulullah s.a.w. bagi penduduk masing-masing daerah itu, juga bagi orang-orang yang hendak haji atau umrah yang melintasi miqat-miqat tersebut.

          Orang yang melintasi  miqat dengan tujuan  Mekah untuk haji atau umrah  wajib berihram dari miqat tersebut, dan haram baginya melampauinya tanpa berihram, baik ia melintasinya melalui darat ataupun udara. Hal ini berdasarkan keumuman  hadits Nabi s.a.w.  tatkala  menentukan miqat-miqat itu:
 هن لهن
ولمن أتى عليهن من  غير  أهلهن ممن أر اد الحج والعمرة
Miqat-miqat itu untuk penduduk-penduduk wilayah itu, jaga untuk penduduk daerah lain yang hendak haji atau umrah yang melintasi  miqat-miqat itu.

         Disyariatkan bagi orang yang menuju Mekah melalui udara dengan tujuan haji atau umrah agar bersiap-siap mandi dan lain-lainnya sebelum ia  naik ke pesawat. Jika telah  mendekati  miqat, hendaknya ia mengenakan kain ihramnya, bawah dan atas  (izar dan rida'). Lalu  berniat umrah  sambil bertalbiyah, jika waktunya masih cukup untuk melakukan  umrah.Namun,jika waktunya sempit (tidak cukup untuk melakukan umrah), hendaknya berniat haji sambil bertalbiyah. Dalam hal ini tidak masalah jika ia mengenakan kain ihramnya. bawah dan atas , pada saat sebelum naik pesawat atau sebelum mendekati batas miqat. Hanya  saja  jangan memulai  berniat dan bertalbiyah, baik untuk haji maupun umrahnya, kecuali saat berada  sejajar atau mendekati miqat. Hal itu dikarenakan Nabi s.a.w. tidak berihram kecuali dari miqat. Dan wajib bagi umat beliau untuk mencontoh beliau dalam hal ini, dan juga dalam amalan-amalan ibadah lainnya. Ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wata'ala:
لقد كان لكم  في رسول الله أسوة حسنة
Sungguh telah ada pada diri Rasulullah contoh teladan yang baik untuk kamu. (Al-Ahzab,21)

dan berdasarkan sabda beliau s.a.w. dalam Haji Wada' :
خدوا عني مناسككم
Ambillah dariku manasik (tata cara ibadah Haji dan Umrah) kamu.

       Adapun orang yang bertujuan ke Mekah tidak untuk Haji maupun Umrah, seperti halnya seorang  yang berniaga, pencari kayu bakar, pengantar surat atau expedisi dan semacamnya, maka ia  tidak wajib berihram kecuali jika ia berniat.

       Ini berdasarkan sabda Nabi s.a.w. dalam hadits yang telah tertera di atas saat beliau menyebutkan ketentuan miqat :
هن لهن ولمن  أتى عليهن من غير أهلهن ممن أراد الحج والعمرة
Miqat-miqat itu untuk penduduk wilayah itu,juga untuk penduduk daerah lain yang hendak haji dan umrah yang melintasi miqat-miqat itu.

       Lawan pengertian  dari hadits ini adalah bahwa orang yang melintasi miqat-miqat tersebut, tetapi tidak bertujuan haji maupun umrah, tidak di tuntut untuk berihram. Ini adalah sebagian dari rahmah dan kemudahan dari Allah untuk para hamba-Nya. Hanya bagi Allah puji dan syukur atas itu semua.

       Ini juga  dikukuhkan oleh apa yang dilakukan Nabi s.a.w. tatkala datang ke Mekah di saat Fathu Mekah (Pembebasan Mekah). Beliau  saat itu tidak berihram. Bahkan beliau memasuki kota Mekah dengan mengenakan sorban yang dililitkan pada topi baja di kepala beliau. Karena beliau  saat itu tidak bertujuan haji atau umrah, akan tetapi bertujuan menaklukkan kota Mekah dan menghilangkan kemusyrikan dari kota suci itu.

      Adapun orang yang  tempat tinggalnya belum sampai miqat (di ukur dari Mekah), sebagaimana penduduk jeddah, Ummus Salam, Bahrah, Syara'i, Badar, Masturah dan daerah-daerah seperti itu, tidak perlu seseorang harus pergi menuju salah satu dari kelima miqat tersebut.Akan tetapi  tempat tinggalnya itulah miqatnya. Ia cukup berihram untuk haji atau umrah dari tempat tinggalnya itu.

      Jika ia mempunyai tempat tinggal lain di luar miqat, maka ia boleh memilih hendak berihram dari miqat atau hendak berihram dari tempat tinggalnya yang lebih dekat ke Mekah dibanding miqat. Ini  berdasarkan pengertian umum  dan sabda Nabi dalam hadits Ibnu 'Abbas tatkala beliau menjelasakan ketentuan miqat, beliau bersabda:
ومن كان دون ذلك فمهله من أهله
حتى أهل مكة  يهلون من مكة (أخرجه البخاري ومسلم)ا
Dan, orang yang  bertempat tinggal di kawasan sebelum miqat (di ukur dari Mekah), tempat  ihramnya adalah  dari keluarganya (rumahnya ).
Hingga Penduduk Mekah pun berihram dari Mekah. (Hadits riwayat Al-Bukhari dan Muslim).

      Lain halnya bagi orang yang hendak umrah tetapi berada di tanah haram, maka  ia wajib keluar terlebih dahulu ke tanah halal (di luar kawasan tanah haram). Dari sanalah ia  berihram untuk umrahnya Hal itu karena Nabi s.a.w., saat di mintai izin Aisyah untuk melakukan umrah, beliau menyuruh Abdur Rahman bin Abu Bakar, saudara lelaki Aisyah, untuk mengantarnya keluar ke tanah halal dari sanalah Aisyah  berihram untuk  umrahnya. Ini menunjukkan bahwa orang yang hendak  umrah tidak dibenarkan berihram umrah dari tanah haram. Akan tetapi ia harus berihram umrah dari tanah halal.

     Dengan demikian  hadits ini  mentakhshish (mengkhususkan)  pengertian umum  hadits Ibnu  'Abbas  di atas  dan menunjukkan bahwa yang  di maksudkan Nabi s.a.w. dengan sabda beliau:
حتي أهل مكة يهلون من مكة
".....Hingga penduduk Mekah  pun berihram  dari Mekah "
adalah berihram untuk haji,  bukan berihram untuk haji,  bukan berihram untuk umrah.
Karena, seandainya berihram umrah  dibolehkan dari tanah haram, tentu Nabi s.a.w.  mengizinkan Aisyah berihram umrah dari situ tidak  perlu menyuruhnya berpayah-payah keluar ke tanah halal. Ini adalah jelas. Dan ini adalah pendapat  jumhur (mayoritas) ulama'-rahmatullahi'alaihin, dan pendapat  inilah yang  lebih aman  untuk di pegang  oleh seorang mu'min, karena di situ terdapat pengalaman  dua hadits sekaligus. Wallahu-l-Muwaffiq.

     Adapun memperbanyak umrah, setelah haji, dari  Tan'im, Ji'ranah atau tempat lainnya, sebagaimna  yang dilakukan oleh sebagian orang padahal sudah melakukan umrah sebelum haji, tidak mempunyai satu dalil pun yang  menunjukkan  disyari'atkannya amalan ini. Bahkan nash-nash dalil yang ada menunjukkan bahwa yang  utama adalah meninggalkannya. Karena Nabi s.a.w.  dan para sahabat  beliau radhiyallahu'anhum- tidak pernah melakukan umrah seusai haji mereka. Sedangkan Aisyah melakukan umrahnya dari Tan'im adalah karena dia belum umrah bersama-sama orang lain saat memasuki Mekah oleh sebab datangnya haidh. Karenanya ia meminta izin  kepada Nabi  untuk melakukan umrah,sebagai ganti umrahnya yang telah diniatkan sejak dari miqat, dan Nabi s.a.w. mengizinkannya. Dengan  demikian ia  melakukan umrah dua kali,yaitu umrah yang ia lakukan bersamaan dengan amalan hajinya dan umrah secara tersendiri. Maka, orang yang  memiliki kasus seperti kasus Aisyah ini tidak mengapa ia  melakukan umrah sesuai hajinya, sebagai pengamalan dalil-dalil yang ada  dan memberi keleluasan bagi umat Islam.

     Tidak diragukan, bahwa  sibuknya jemaah haji melakukan umrah lagi, selain umrah yang telah mereka lakukan saat mereka memasuki kota Mekah, adalah  memberatkan orang banyak dan menyebabkan berdesak-desaknya orang, serta  sering menyebabkan terjadinya kecelakaan, di samping  amalan itu menyalahi tuntunan dan sunnah Nabi s.a.w..


Wallahu-l-Muwaffiq.


Read more >>

Senin, 09 Mei 2011

NIAT IHRAM

    Sesuai mandi dan membersihkan badan serta mengenakan pakaian ihram, hendaknya ia berniat di dalam hatinya memasuki jenis ibadah yang dikehendaki, baik haji ataupun umrah, Hal ini berdasarkan  sabda Nabi s.a.w.:
 إنما الأ عمال بالنيات وأنم لكل امرئ ما نوى
Sesungguhnya perbuatan itu terkait dengan niatnya. Dan, setiap orang akan mendapatkan apa yang diniatkannya.

    Disyari'atkan baginya untuk melafazhkan niatnya (menyatakan dengan lisan). Jika adalah umrah, hendaknya ia mengucapkan:
لبيك عمرة
Kusambut panggilan-Mu untuk melakukan umrah

atau:
اللهم لبيك عمرة
Ya allah, kusambut panggilan-Mu untuk melakukan umrah

    Jika niatnya adalah haji, hendaknya ia mengucapkan:
لبيك حجا
Kusambut panggilan-Mu untuk melakukan Haji

atau :
اللهم لبيك حجا
Ya Allah, kusambut panggilan-Mu untuk melakukan haji.

    Hal ini berdasarkan apa yang di lakukan oleh Nabi s.a.w.

    Utamanya niat itu dilafazhkan setelah ia berada di atas kendaraan yang ditumpanginya, baik itu onta maupun kuda, atau kendaraan bermotor atau lainnya.
Karena Nabi s.a.w. baru menyatakan niatnya setelah beliau berada di atas hewan tunggangan beliau, di saat hewan tunggangan beliau itu  menghentakkan kakinya beranjak dari miqat  untuk membawa beliau.
Ini adalah pendapat yang terbenar dari sekian  pendapat para ulama.

    Melafazhkan niat tidaklah disyari'atkan kecuali  dalam ihram saja, karena terdapat tuntunannya dari Nabi s.a.w. Adapun di dalam shalat, tawaf dan ibadah lain, seyogianya niat tidak di lafazhkan . Tidak perlu mengucap: "Nawaitu an Ushallia.."(aku berniat shalat....). juga tidak perlu mengucap :"Nawaitu an Athufa..." (aku berniat melakukan thawaf ini,itu). Bahkan, justru melafazhkan niat semacam itu adalah  bid'ah yang diada-adakan. Lebih buruk lagi dan amat berdosa, sekiranya niat itu dilafazhkan keras. Seandainya  melafazhkan niat itu disyari'atkan, tentunya  Rasulullah s.a.w. menjelaskan hal itu kepada umatnya dengan perbuatan maupun perkataan beliau, dan tentunya para ulama salaf lebih dulu mengamalkannya.

   Dengan tidak terbuktinya hal itu dinukil dari Nabi s.a.w. maupun dari sahabat beliau, berarti dapat di ketahui bahwa itu adalah bid'ah.Padahal Nabi s.a.w. telah bersabda:
وشر الأمور محدثاتها وكل بد عة ضلالة
(أحرجه مسلم في صحيحه)
Seburuk-buruk perkara adalah perkara-perkara yang diada-adakan. Dan setiap bid'ah itu adalah sesat. (Hadits ini diriwayatkan muslim dalam Kitab "Shahih"-Nya).

Read more >>

Sabtu, 07 Mei 2011

AMALAN HAJI KETIKA TIBA DI MIQAT

      Jika sampai di miqat, disunnahkan mandi dan menggunakan wangi-wangian (di badannya). Ini berdasarkan hadits di mana Nabi melepas pakaian berjahit beliau di saat hendak berihram, dan beliau mandi. Juga berdasarkan hadits dalam shahih Al-Bukhari dan Muslim:

عن عائشة رضي الله عنها قالت:
كنت أطيب رسول الله صلى الله عليه وسلم ،لإحر امه قبل أن يحرم،
ولحله قبل أن يطوف بالبيت،
Dari A'isyah radhiyallahu'anhu, ia berkata :
"Aku memberikan kepada Rasulullah s.a.w.
Wangi-wangian untuk ihram beliau sebelum beliau mulai berihram, dan untuk Tahallul beliau sebelum beliau melakukan Thawaf (Ifadhah) di Baitullah".

     Dasar lain, bahwa Rasulullah s.a.w. memerintahkan kepada Aisyah, saat datang bulan (haidh), padahal ia sebelumnya telah berniat ihram untuk umrah, agar ia mandi  (untuk ihram) dan berniat haji.
     Demikian halnya Rasulullah s.a.w. memerintahkan kepada Asma' binti 'Umais, saat melahirkan anaknya di Dzul Hulaifah, agar ia mandi dan menggunakan pembalut pengaman dan berihram.
     Hal ini menunjukkan bahwa wanita,jika jika sampai ke miqat sedang haidh atau nifas, tetap mandi dan berihram seperti orang-orang lain, dan melakukan  semua amalan yang dilakukan orang yang  melakukan haji, selain thawaf sebagaimana yang deperintahkan oleh Nabi s.a.w. kepada Aisyah dan Asma'.
     Disunnahkan bagi orang-orang yang hendak berihram agar menipiskan kumisnya, memotong kukunya dan mencukur bulu kemaluannya serta mencabut rambut ketiaknya, agar nantinya setelah berihram ia tidak melakukan itu,karena hal itu adalah haram saat masa ihram. Lebih lanjut, memang Nabi s.a.w. mensyari'atkan untuk umat islam agar memperhatikan hal-hal di atas  setiap waktu, sebagaimana tertera pada Shahih Al-Bukhari dan Muslim:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: الفطرة خمس الختان والاستحداد وقص الشارب وقلم الأظفار ونتف الاباط
Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, ia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: Sunnah-sunnah fitrah (tradisi-tradisi kesucian) manusia itu ada lima:
  1. Khitan.
  2. Mencukur bulu kemaluan.
  3. Menipiskan kumis.
  4. Memotong kuku.
  5. Mencabut bulu ketiak.
Tertera juga di Shahih Muslim:
عن أنس رضي الله عنه قال: وقت لنا في قص الشارب وقلم
الأظفار ونتف الإبط وحلق العانة
أن لا نترك ذلك أكثر من أربعين ليلة
Dari Anas radhiyallahu'anhu, ia berkata: Ditentukan jangka  waktu untuk kita dalam menipiskan kumis,memotong kuku, mencabut bulu ketiak dan mencukur bulu kemaluan, agar kiranya kita tidak membiarkannya lebih dari empatpuluh malam (hari).

     Hadits ini diriwayatkan juga oleh An-Nasa'i dengan lafazh:
وقت لنا رسول الله صلى الله عليه وسلم
 "Rasulullah s.a.w. menentukan jangka waktu untuk kita..."(Hadits inipun diriwayatkan oleh Imam Ahmad,Abu Daud dan At-Tirmidzi dengan lafazh seperti lafazh An-Nasa'i).

    Lain halnya dengan rambut kepala,ia tidaklah disyari'atkan  untuk di potong  sedikitpun saat berihram, baik untuk pria maupun wanita.

    Adapun jenggot adalah haram dicukur,baik seluruhnya atau sebagiannya di waktu kapanpun, Bahkan wajib di biarkan lebat.

    Ini berdasarkan hadits di Shahih Al-Bukhari dan Muslim:
عن  ابن عمر رضي الله عنهما قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: خالفوا المشركين وفروا اللحى وأحفوا الشوارب
Dari Ibnu Hurairah radhiyallahu'anhu, ia berkata:  Rasulullah s.a.w. bersabda:  Bersikaplah beda terhadap orang-orang musyrik. Biarkanlah lebat jenggotmu dan tipiskanlah kumismu.

   Imam Muslim meriwayatkan dalam Kitab Shahih-Nya:
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: جزوا اللشوارب وارخوا اللحى، خالفوا المجوس
Dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, ia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: Pangkaslah kumis dengan tipis dan biarkanlah jenggot memanjang. Bersikaplah beda terhadap orang-orang Majusi.

   Betapa besarnya bencana di zaman ini, dengan banyaknya orang yang menentang sunnah Rasul ini, mereka memusuhi dan memerangi jenggot, bersikaplah dan menyerupai orang-orang kafir dan kaum wanita.
Padahal tidak sedikit di antara mereka adalah orang-orang yang mengelompokkan dirinya sebagai  orang-orang yang berilmu dan terjun sebagai pengajar. Inna lillahi wa Inna Ilaihi Raji'un. Kita panjatkan do'a kepada Allah, kiranya Dia memimbing kita dan segenap umat Islam  untuk menepati, berpegang teguh dan mengajak kepada sunnah Nabi, meskipun mayoritas  orang tidak suka kepadanya. Cukup Allah (Pelindung) kita dan Dialah sebaik-baik Dzat yang  kepadanya kita titipkan diri kita. Tiada daya (untuk menghindari maksiat) dan tiada  kekuatan (untuk melakukan ketaatan) kecuali atas ma'unah dan taufiq Allah Yang Maha Luhur Lagi Maha Agung.

   Selanjutnya, orang lelaki hendaknya menggunakan kain ihram bawah (izar) dan kain ihram atas (rida'), dan disunnahkan kain ihram itu berwarna putih, Juga di sunnahkan berihram dengan mengenakan sandal. Hal  ini berdasarkan sabda Nabi s.a.w.:
 وليحرم أحدكم في إزار ورداء ونعلين (أخرجه الإمام أحمد رحمه الله)ا
Hendaknya seseorang di antara kamu berihram dengan menggunakan kain bawah (izar) dan kain atas (rida') serta sandal. (Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmat,semoga Allah merahmatinya).

   Adapun bagi wanita dibolehkan berihram dengan mengenakan busana muslimah yang ia sukai, baik hitam ataupun hijau atau warna lain dengan tetap mewaspadai agar tidak menyerupai busana lelaki.
Adapun kecenderungan wanita awam memilih warna khusus ,hijau atau hitam, untuk ihramnya, dan tidak mau warna lain, adalah tidak ada dasarnya.
  
Read more >>

Jumat, 06 Mei 2011

MEMPELAJARI MANASIK HAJI DAN ADAB PERJALANAN

      Seyogianya juga dalam perjalanan hajinya itu ia berteman dengan orang-orang pilihan yang taat,ber taqwa, dan berilmu. Hendaknya menghindari teman yang bodoh dan fasik.
      Seyogianya ia mempelajari dan mendalami  tuntunan yang benar untuk amalan Haji dan Umrahnya, dan menanyakan apa yang tidak diketahui, agar ia benar-benar mengerti dan melakukan haji atas dasar ilmu.
       Jika mulai menaiki hewan tunggangan, kendaraan, pesawat atau kendaraan lainnya, disunnahkan mengucapkan:
بسم الله  والحمد لله
Kemudian dilanjutkan dengan mengucapkan:
الله أكبر ،الله أكبر ،الله أكبر
سبحان الذي سخر لنا هدا وما كنا له مقرنين
، وإنا إلى ربنا لمنقلبون
، اللهم إني  أسألك في سفري هذا البر والتقوى
 ، ومن العمل ما ترضى
اللهم هون علينا سفرنا هذا واطو عنا بعده،
اللهم أنت الصاحب في السفر والخليفة في الأهل
اللهم إني أعوذ بك من وعثاء السفر وكابة المنظر
وسوء المنقلب في المال والأهل
Allah Maha Besar. Allah Maha Besar. Allah Maha Besar.
Maha Suci Tuhan.
Yang telah menundukan semua ini untuk kami.
Dan kami tidaklah mampu mengusainya.
Dan sesungguhnya hanya kepada  Tuhan kamilah kami akan kembali.
Ya Allah,
Kumohon kepada-Mu dalam perjalananku ini,kebajikan, taqwa, dan amal yang engkau ridhai.
Ya Allah,
Jadikanlah perjalanan kami ini ringan, dan dekatkanlah kejauhannya.
Ya Allah,
Engkaulah pendamping (kami) dalam perjalanan ini dan (engkaulah) pengganti kami dalam keluarga kami.
Ya Allah,
Aku berlindung kepada-Mu dari beban beratnya perjalanan pemandangan yang menyedihkan,dan kesudahan buruk pada harta dan keluarga (kami).


     Hendaknya ia amalkan ini, karena tuntunan ini adalah benar (shahih) dari Nabi s.a.w. Diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Ibnu Umar radhiyallahu'anhuma.
     Dan, seyogianya dalam perjalanan,ia memperbanyak dzikir, istighfar, memanjatkan do'a kepada Allah dan menunduk kepada-Nya, serta membaca Al-Qur'an dan menghayati maknanya. Di samping itu hendaknya ia senantiasa memelihara shalat lima waktu dengan berjema'ah. Hendaknya ia menjaga  lisannya dari mengobral kata yang tak jelas  sumbernya, dan dari membicarakan  hal-hal yang tidak berguna, serta dari senanda gurau yang  berlebihan, Hendaknya  ia juga menjaga lisannya dari dusta, munggunjing, adu domba, dan mengejek kawan-kawan dekatnya maupun saudara-saudara muslim lainnya.
    Justru  seyogianya ia menanam kebajikannya di tengah-tengah kawan-kawannya dan menahan diri, jangan sampai mengganggu atau menyakiti mereka.
Seyogianya ia mengajak mereka berbuat yang ma'ruf dan mencegah mereka berbuat yang mungkar, dengan cara bijaksana dan memberikan nasehat yang baik sesuai dengan kemampuan.
Read more >>

Kamis, 05 Mei 2011

BERIBADAH HAJI DENGAN BEKAL YANG HALAL

      Seyogianya ia memilih, untuk Haji dan Umrahnya, biaya yang baik dari harta yang halal, berdasarkan hadits shahih dari Rasulullah s.a.w. bahwa beliau bersabda:
 إن الله طيب لا يقبل إلا الطيب
Sesungguhnya Allah itu baik, Dia tidaklah menerima kecuali yang baik.
     
      Juga berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh ath-Thabarani:
روي الطبر اني عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم :( إذا خرج الرجل حاجا بنفقة طيبة وو ضع رجليه في الغرز فنادي: لبيك اللهم لبيك ناداه مناد في السماء : لبيك وسعديك، زادك حلال، وراحمتك حلال، وحجك مبرور غير  مأزور. وإذا خرج الرجل با لنفقة الخبيثة فو ضع رجليه في الغرز فنادى: لبيك اللهم لبيك ناداه مناد من السماء : لا لبيك ولا سعد يك، زادك حرام، ونفقتك حرام،وحجك غير مبرور)ا
At-Thabarani meriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah s.a.w. Bersabda:
      Jika seseorang keluar bertujuan Haji dengan membawa biaya yang baik(halal) dan ia pijakkan kakinya pada pijakan pelana kudanya lalu menyeru: "Kusambut panggilan-Mu ya Allah,kusambut panggilan-Mu",maka diserulah ia oleh penyeru dari langit: "Kusambut pula kamu dan kukaruniakan kepadamu kebahagiaan demi kebahagiaan. Bekalmu adalah halal, kendaraan yang kamu tunggangi pun halal, Dan Hajimu adalah mabrur (di terima), tidak ternodai oleh dosa".
     Jika seorang itu keluar dengan membawa biaya yang buruk (haram) lalu ia pijakkan kakinya pada pijakan pelana pelana kudanya dan menyeru: "Kusambut panggilan-Mu ya Allah, kusambut panggilan-Mu", maka diserulah ia oleh penyeru dari langit: "Aku tidak menyambut-Mu dan dan tidak pula Aku karuniakan kebahagiaan demi kebahagiaan kepadamu . Bekalmu adalah haram, harta yang kamu nafkahkan pun haram, dan Hajimu tidaklah diterima (tidak mabrur)."
     Seyogianya pula seseorang yang melakukan Haji itu tidak tamak kepada harta benda yang berada di tangan orang lain, dan seyogianya ia menahan dari meminta-minta kepada mereka. Ini berdasarkan Nabi s.a.w.:
ومن يستعفف  يعفه  الله، ومن يستغن يغنه الله
Dan barang siapa menahan diri dari meminta-minta, maka Allah akan menjaga dirinya. Dan,barang siapa merasa cukup harta yang  dimilikinya dan tidak tamak kepada harta orang lain, maka, Allah pun akan menjadikannya merasa cukup.

Dan berdasarkan sabda Nabi s.a.w. :
لا يزال الر جل  يسأل الناس حتي يأ تي يوم القيامة وليس في وجهه مز عة لحم
Seseorang akan senantiasa meminta-minta kepada orang lain hingga ia datang pada hari kiamat sedang di wajahnya tak tersisa  daging sedikit pun.

     Orang yang pergi Haji wajib berniat haji umrahnya itu untuk mencari keridhaan Allah dan kebahagiaan Hari Akhir serta mendekatkan diri kepada Allah dengan ucapan dan perbuatan yang di ridhai Allah di tempat-tempat yang mulia itu. Dan diingatkan kepadanya  agar dengan hajinya  itu tidak mencari keduniaan dan kebendaan, atau untuk pamer dan mencari nama serta berbangga dengan hajinya.
Karena, hal itu adalah seburuk-buruk niat atau tujuan dan bahkan bisa menggugurkan dan tidak diterima amal. Sebagai firman Allah:
من كان يريد الحياة الذنيا وزينتها نوف إليهم أعمالهم فيها  وهم  فيها  لا يبخسون،أولئك الذين ليس لهم في الا خرة، إلا النار وحبط ما
 صنعوا فيها ويا طل ما كانوا يعملون
Barang siapa  menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna  dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka. Dan lenyaplah di akhirat  itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan. (Hud, 15)

Dan sebagaimana firman Allah:
من كان يريد العاجله عجلنا له فيها ما نشاء لمن نريد ثم جعلنا له جهنم يصلاها مدموما مدحورا، ومن أراد الاخرة وسعى لها سعيها وهو مؤمن فأولئك كان سعيهم مشكورا (الإسراء : 18)ا
Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang (dunia), maka Kami segerakan baginya dunia itu apa yang Kami  kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahannam; ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir.
Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan usaha  yang sebenarnya(dengan mengikuti Rasulullah) sedang ia mu'min, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik. (Al-isra: 18)

Juga sebagaimana tertera dalam hadits qudsi:
وصح عنه صلى الله عليه وسلم أنه قال: قال الله تعالى (أنا أغنى الشر كاء عن الش ك من عمل عملا أشرك معي فيه غيري تركته وشركه)ا
Dalam riwayat hadits  yang shahih, Nabi s.a.w. bersabda: Allah Ta'ala berfirman: "Aku sangat menolak untuk disekutukan, Barang siapa melakukan suatu amalan yang di dalamnya  Aku disekutukan dengan selain Aku, maka Aku akan meninggalkannya dan sekutu yang diangkatnya itu".
Read more >>

Rabu, 04 Mei 2011

KEWAJIBAN BERTAUBAT DARI SEGALA MAKSIAT

      Jika seorang Muslim sudah bertekad bulat untuk pergi Haji maupun Umrah, disunnahkan baginya berwasiat kepada keluarga dan handai-taulannya dengan wasiat taqwa kepada Allah, yakni,mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Hendaknya ia menuliskan hitam di atas putih utang piutangnya dan mencantumkan pula saksi dalam tulisan itu. Wajib baginya segera bertaubat yang sebenar-benarnya dari segala dosa, berdasarkan firman Allah:
 وتوبوا إلى الله جميعا أيه المؤمنون لعلكم تفلحون
 Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, agar supaya kamu beruntung.(An-Nur,31)

     Hakikat taubat ialah : berlepas total dan meninggalkan dosa, seraya menyesali dosa yang lampau dan bertekad untuk tidak mengulanginya. Jika ia pernah melakukan perbuatan-perbuatan dzalim ( tindak kesalahan) terhadap orang lain berupa: menghilangkan nyawa seseorang atau mencederai fisiknya, atau mengambil hartanya tanpa ridhanya, atau menjatuhkan kehormatannya hendaklah ia selesaikan semua urusannya dengan mereka atau ia meminta kerelaan mereka untuk mema'afkan sebelum kepergiannya, berdasarkan hadits shahih dari Nabi s.a.w. Bahwa beliau bersabda:
من كان عنده مظلمة لأخيه من مال أو عرض فليتحلل اليوم،قبل أن لا يكون دينار ولا درهم  إن كان له عمل صالح أخدذ  منه بقدر مظلمة، وإن لم تكن له حسنات أخدذ من  سيئات صاحبه فحمل عليه
Barang siapa memiliki tanggungan yang harus dibayarnya atau prilaku salah yang dilakukannya kepada saudaranya,baik berupa harta yang diambilnya tanpa ridhanya, atau harga diri saudaranya yang ia jatuhkan, makam pada hari ini juga, ia hendaknya meminta kerelaan saudara-saudaranya  itu untuk mema'afkannya sebelum datang hari kiamat yang di hari itu tidak ada dinar maupun dirham(sebagai penebus). Jika ia mempunyai amal shaleh, maka akan di ambil dari amalnya itu atas tindak buruknya kepada saudaranya itu. Tapi jika ia tidak memiliki amal baik, maka ambillah keburukan-keburukan temannya itu lalu di pikulnya ke atas pundaknya.
Read more >>

Minggu, 01 Mei 2011

IBADAH HAJI DAN KEWAJIBAN SEGERA MELAKSANAKANNYA

      Setelah pengantar di atas ,ketahuilah, wahai saudaraku - semoga Allah melimpahkan taufiq-Nya kepada aku dan kepada Anda untuk mengenali kebenaran dan mengikutinya - bahwasanya Allah mewajibkan atas para hamba-Nya untuk menunaikan haji ke Baitullah dan hal itu dijadikan-Nya sebagai salah satu rukun Islam.
       Allah berfirman:
{ولله على الناس حج البيت من استطاع إليه سبيلا ومن كفر فإن الله غني عن العالمين}
       Menunaikan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah,yaitu(bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan menuju Baitullah. Dan,barang siapa mengingkari (kewajiban haji),maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak membutuhkan sesuatu) dari semesta alam. (Ali-Imran: 97)
       Di dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim,dari Ibnu Umar,NAbi s.a.w. bersabda:
بني الإسلام على خمس: شهادة أن لا إله إلاالله ،وأن  محمدارسول الله ،وإقام الصلاة،وإيتاء الزكاة،وصوم رمضان،وحج بيت الله الحرم
       Islam itu didirikan atas Lima Pilar :
  1. Kesaksian bahwa tiada Tuhan(Yang Haq di sembah) kecuali Allah, dan bahwasanya Muhammad adalah Rasul Allah.
  2. Mendirikan Shalat.
  3. Mengeluarkan Zakat.
  4. Puasa pada bulan Ramadhan.
  5. Mengerjakan Haji ke Baitullah.
      Sa'id, dalam Kitab Sunnah-Nya, meriwayatkan dari Umar bin Khaththab:
 عن عمر بن الخطاب أنه قال: لقد هممت أن أبعث رجالا إلى هده الأمصار فينظر واكل من كان له جدة ولم يحج ليضربوا عليهم الجزية،ما هم بمسلمين ماهم بمسلمينز
       Dari Umar bin Khaththab,ia berkata : Aku bertekad mengutus beberapa orang menuju wilayah-wilayah ini untuk meneliti siapa yang memiliki kecukupan harta,namun tidak menunaikan haji, agar di wajibkan atas mereka membayar jizyah. Mereka bukanlah muslim. Mereka bukanlah muslim.

       Diriwayatkan dari 'Ali bahwa ia berkata:
من قدر على الحج فتركه،فلا عليه أن يموت يهو ديا أو نصر انيا
       Barang siapa berkemampuan  menunaikan haji lalu ia tidak menunaikannya, maka terserah baginya memilih mati dalam keadaan beragama yahudi atau nasrani.
     
       Bagi orang yang belum haji, sementara mampu menunaikannya, ia wajib segera menunaikannya,berdasarkan riwayat dari Ibnu 'Abbas, bahwasanya Nabi s.a.w. Bersabda:
تعجلوا إلى الحج  يعني الفر يضة - فإن أحدكم لا يدري ما يعرض له (رواه أحمد)ا
       Cepat-cepatlah kalian menunaikan haji -yakni haji wajib karena sesungguhnya seseorang di antara kamu tidak tahu apa yang akan terjadi padanya, (Hadits riwayat Imam Ahmad bin Hambal).

       Di  samping itu,karena pelaksanaan haji bagi orang yang mampu adalah wajib  disegerakan (tanpa di tunda-tunda), berdasarkan firman Allah:
 ولله على الناس حج البيت من استطاع إليه سبيلا ومن كفر فإن الله غني عن العا لمين
Mengerjakan haji kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanannya menuju Baitullah. Dan barang siapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak membutuhkan sesuatu) dari semesta alam. (Ali Imran: 97)

dan berdasarkan sabda Nabi s.a.w. Dalam khutbah beliau:
 أيها الناس إن الله فرض عليكم الحج فحجوا(رواه مسلم)ا
Wahai umat manusia, sesungguhnya Allah mewajibkan haji atas kamu. Maka laksanakanlah haji.
     Tentang  kewajiban Umrah, banyak Hadits yang menunjukkan hal itu. Diantaranya, sabda Rasulullah s.a.w. tatkala menjawab pertanyaan Jibril tentang Islam, beliau menjawab:
الإسلام أن تشهد  أن لا إله إلا الله وأن محمدارسول الله،وتقيم الصلاة،وتؤت الزكاة،وتحج البيت وتعتمر وتغتسل من الجنابة وتتم الوضوء وتصوم رمضان (أخرجه ابن خزيمة  والدار قطني من حديث عمر بن الخطاب رضي الله عنه. وقال الدار قطني: هدا إسند ثا بت صحيح)ا
Islam itu adalah:
  • Anda bersaksi bahwasanya tiada Tuhan (Yang Haq disembah) selain Allah dan bahwasanya Muhammad adalah Rasul Allah;
  • Anda dirikan Shalat;
  • Anda tunaikan zakat;
  • Anda laksanakan Haji dan Umrah;
  • Anda bermandi Jinabat;
  • Anda sempurnakan wudlu; dan
  • Anda berpuasa pada bulan Ramadhan.(Hadits ini di riwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Ad-Daraquthni dari Umar bin Khaththab. Ad-Daraquthni berkata: sanad hadits ini sahih).
Diantaranya lagi,Hadits Aisyah:
عن عائشة أنها قالت:يا رسول الله هل على النساء من جهاد؟
قال: (عليهن جهاد لا قتال فيه: الحج والعمرة) أخر جه أحمد وابن ماجه بإسناد صحيح.
Aisyah bertanya: wahai Rasulullah, adakah kewajiban jihad bagi wanita? Beliau menjawab:
"Bagi mereka ada kewajiban jihad tanpa peperangan, yaitu Haji dan Umrah." (Hadits riwayat Imam Ahmad dan Ibnu Majah dengan sanad yang shahih).

       Haji dan Umrah hanya di wajibkan  sekali saja seumur hidup. Hal ini berdasarkan sabda Nabi s.a.w. Dalam hadits shahih:
الحج مرة فمن زاد فهو تطوع
Haji itu hanya sekali (wajibnya). Barang siapa menambah (melakukan lebih dari sekali). maka itu adalah merupakan tathawwu' (amalan sunnah atas kerelaan).
      Disunnahkan memperbanyak melakukan  Haji dan Umrah sebagai tathawwu' (amalan tambahan), berdasarkan hadits dalam shahih al-Bukhari dan Muslim:
 العمرة إلى العمرة كفارة لما بينهما، والحج المبرور ليس له جزاء إلا الجنة
Dari Abu Hurairah-radhiyallahu'anhu- ia berkata: Rasulullah s.a.w. bersabda: Umrah ke Umrah berikutnya adalah menutupi (kafarat) kesalahan-kesalahan yang terjadi antara keduanya. Dan,haji yang mabrur itu imbalannya tiada lain adalah syurga".




Read more >>
Selamat Datang Di Blok-ku