Bahasa Indonesia cukup kaya dengan kata untuk menyebut seseorang yang bukan anggota keluarga kita atapun kerabat kita tapi memiliki kedekatan personal dengan kita: teman, kawan, sahabat. Dan dalam istilah lain sering juga disebut sobat atau sohib. Ada yang berpendapat bahwa kelima kata yang memiliki padanan dalam bahasa Inggris “Friend” itu berbeda nuansa satu sama lain. Teman itu tingkatannya paling rendah, sehingga tak heran kita sering mendengar ucapan: "ah dia hanya teman saya, tapi bukan kawan, apalagi sahabat."
Menurut golongan yang berpendapat bahwa “teman, kawan, dan sahabat” itu berbeda, selalu mengurutkan intesitas dan kedekatan hubungan dari yang paling “biasa” sebagai “teman”, lalu meningkat menjadi teman dekat dengan sebutan “kawan”, dan terakhir kawan yang sudah benar-benar sangat dekat disebut sebagai “sahabat”. Kepada “teman” saya menceritakan humor-humor untuk bahan tertawa bersama. Kepada “kawan” , selain humor jenaka, saya juga mulai berkisah tentang duka saya dengan tetap menyembunyikan hal-hal paling rahasia. Namun hanya kepada “sahabat” saya berbagi segalanya: tawa, duka, dan juga rahasia.
Namun ada golongan yang lain berpendapat bahwa ketiga kata itu “teman, kawan, sahabat” adalah sinonim yang tak berbeda nuansa. Ia bisa dipakai kapan saja, tanpa perlu membedakan tingkatan kedekatan kita. Golongan ini berpendapat bahwa, pilihan kita menggunakan ketiga kata itu adalah selera kita tanpa didasarkan pada intesitas hubungan. Silahkan pakai kata teman. Silahkan gunakan kata kawan atau sahabat. Apalah arti sebuah ”kata” jika ketiganya mengacu pada satu entitas makna.
Lalu saya berada pada golongan yang mana? Apakakah pada golongan pertama yang suka membedakan makna bahasa dari setiap kata berbeda? Ataukah saya termasuk golongan kedua yang berpendapat: "Apalah arti sebuah kata jika ketiga kata itu merujuk pada satu makna yang sama yaitu: bukan kerabat tapi dekat dengan kita." Saya tak akan menentukan pilihah pada salah satu golongan di atas. Kedua golongan itu benar dengan argumennya masing-masing.
Daripada berdebat tentang pilihan kata yang tepat, lebih baik saya bertanya kepada Kahlil Gibran tentang makna teman, kawan atau Sahabat. Maka sang penyair Libanon ini pun menjawab saya dengan uraian singkat berikut ini:
"Sahabat adalah kebutuhan jiwa yang mendapatkan imbangan. Dialah ladang hati yang penuh kasih kau taburi dan kau pungut buahnya dengan penuh rasa terimakasih. Persembahkan yang terindah bagi persahabatan! Jika ia harus tahu musim surutmu, biarkan ia mengenal musim pasangmu. Sebab siapakah sahabat itu, hingga kau hanya mendekatinya untuk bersama sekedar membunuh waktu. Carilah ia, untuk bersama menghidupkan sang waktu!! Sebab dialah orang untuk mengisi kekuranganmu, bukan sekedar mengisi kesenanganmu. Dan dalam kemanisan persahabatan, biarkanlah ada tawa-tawa kegembiraan, berbagi duka dan kebahagiaan. Sebab dari titik kecil embun pagi, hati manusia menghirup fajar pagi dan menemukan gairah segar kehidupan". (Kahlil Gibran--Sang Nabi)
Demikian Kahlil Gibran menyajak tentang sahabat. Sebelum menutup tulisan ini saya ingin mengutip salah satu moto yang sering dikutip para politisi ketika berkampanye terkait persahabatan : satu musuh sudah terlalu banyak, seribu kawan masih terlalu kurang. Pertanyaan saya: "Sudah berapa sahabat, teman atapun kawan dalam daftar orang terdekat Anda?"
0 komentar:
Posting Komentar